ARTIKEL
Remdesivir sebagai Obat Pertama untuk Covid-19

Remdesivir sebagai Obat Pertama untuk Covid-19

Kandungan Kimia Tumbuhan Sebagai Sumber Informasi Penemuan Obat Berdasarkan Bio-Aktivitas

Kandungan Kimia Tumbuhan Sebagai Sumber Informasi Penemuan Obat Berdasarkan Bio-Aktivitas

TERPURUK KARENA COVID ? PEMUDA… AYO BANGKIT !

TERPURUK KARENA COVID ? PEMUDA… AYO BANGKIT !

Mengenal Fakta Lain Essential Oils

Mengenal Fakta Lain Essential Oils

Java Preanger Kosmetik

Java Preanger Kosmetik

Hand Sanitizer sebagai Salah Satu Perisai Covid-19

Hand Sanitizer sebagai Salah Satu Perisai Covid-19

Perawatan dengan Masker Alami untuk Cerahkan Wajah Dirumah Aja

Perawatan dengan Masker Alami untuk Cerahkan Wajah Dirumah Aja

Menghadapi Transformasi Digital di Bidang Kesehatan. Kompetensi apa yang harus dipersiapkan?

Menghadapi Transformasi Digital di Bidang Kesehatan. Kompetensi apa yang harus dipersiapkan?

Memperingati Hari Osteoporis Sedunia : Obat Dewa Sebabkan Osteoporosis?

Memperingati Hari Osteoporis Sedunia : Obat Dewa Sebabkan Osteoporosis?

Si “Apel Gajah” Buah Tropis Ikon Kota Hujan

Si “Apel Gajah” Buah Tropis Ikon Kota Hujan

Memperingati Hari Osteoporis Sedunia : Obat Dewa Sebabkan Osteoporosis?

Osteoporosis merupakan penyakit pengeroposan tulang yang ditandai dengan penurunan massa tulang, sehingga tulang menjadi lebih tipis dan mudah fraktur (patah). Tulang mengalami proses bone remodelling, di mana terjadi perombakan pada tulang lama menjadi tulang baru untuk mempertahankan kekuatan integritas tulang. Apabila terjadi ketidakseimbangan pada proses tersebut, maka dapat menyebabkan osteoporosis.

Kejadian osteoporosis diperkirakan mencapai 200 juta orang di dunia saat ini. Penelitian dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi osteoporosis di Indonesia mencapai 19,7%. Ostoporosis merupakan silent disease, karena tidak menunjukkan gejala, kecuali sudah terjadi fraktur atau patah tulang. Fraktur dapat menyebabkan rasa nyeri, perubahan bentuk tulang, bahkan kematian.

Osteoporosis dapat disebabkan karena usia (penuaan menurunkan kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang penting untuk tulang), jenis kelamin (wanita menopause lebih berisiko terkena osteoporosis karena terjadi penurunan hormon estrogen yang berperan dalam pembentukan tulang), kurangnya asupan nutrisi dan paparan sinar matahari (seperti kalsium dan vitamin D yang penting dalam pembentukan tulang), dan penggunaan obat seperti kortikosteroid jangka panjang.

Kortikosteroid sering disebut dengan “obat dewa” karena dapat mengobati berbagai keluhan, seperti alergi dan radang, dengan efek terapi yang cepat. Kortikosteroid merupakan salah satu obat antiinflamasi yang poten dan agen imunosupresan yang biasanya digunakan dalam pengobatan penyakit, seperti rheumatoid arthritis, asma, dan imunoterapi pada transplantasi organ.

Penggunaan kortikosteroid secara oral dikaitkan dengan terjadinya penurunan massa tulang dengan cepat dan peningkatan risiko fraktur tulang yang dapat terlihat dalam 3-6 bulan setelah obat ini mulai dikonsumsi. Kejadian ini tergantung pada besarnya dosis dan durasi penggunaan obat. Namun, suatu studi menunjukkan bahwa bahkan pada dosis terkecil dan pada bulan pertama penggunaan, sudah terjadi peningkatan risiko. Langkah pencegahan osteoporosis sebaiknya dipertimbangkan pada pasien yang mengonsumsi ekuivalen dengan prednison 2,5 mg atau lebih per hari selama lebih dari 3 bulan. Setelah kortikosteroid dihentikan, maka risiko fraktur tulang juga menurun secara bertahap, namun belum dapat dipastikan apakah penurunan dapat kembali pada keadaan baseline atau tidak.

Source: https://erela.co.id/

Penurunan massa tulang pada penggunaan kortikosteroid terjadi 2 fase, di mana terjadi penurunan massa tulang yang cepat pada beberapa bulan pertama hingga 1 tahun penggunaan diikuti dengan penurunan yang melambat namun progresif. Kortikosteroid dapat menginduksi terjadinya osteoporosis melalui berbagai mekanisme, di antaranya peningkatan resorpsi tulang (penguraian tulang), penurunan formasi tulang, dan penurunan vaskularisasi tulang.

Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menginduksi terjadinya osteoporosis, sehingga American College of Rheumatology (ACR) pada tahun 2017 mengeluarkan pedoman pencegahan osteoporosis yang diinduksi oleh kortikosteroid. Oleh karena itu, penggunaan kortikosteroid ini harus diperhatikan dengan baik, apakah memang penggunaanya sudah sesuai dengan indikasinya. Hindari penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi kondisi yang tidak sesuai indikasinya. Selamat memperingati hari osteoporosis sedunia, semoga angka kejadian osteoporosis, terutama yang disebabkan oleh penggunaan kortikosteroid bisa menurun.

 

Referensi :

Esther Kristiningrum, Farmakoterapi Untuk Osteoporosis, CDK Edisi Khusus CME-2/Vol. 47, th. 2020.

Juliet Compston. Glucocorticoid-induced osteoporosis: an update. Published online 2018 Apr 24. doi: 10.1007/s12020-018-1588-2.

Shakaib Hayat, MD and Marina N. Magrey, MD. Glucocorticoid-induced osteoporosis: Insights for the clinician, Cleveland Clinic Journal of Medicine July 2020, 87 (7) 417-426; DOI: https://doi.org/10.3949/ccjm.87a.19039.

Xing-Ming Shi, Norman Chutkan, Mark W. Hamrick and Carlos M. Isales. Mechanism of Glucocorticoid-Induced Osteoporosis: An Update. DOI: 10.5772/53978.

Dibuat Oleh : Apt. Sitti Fatimah putri Hasyul, M.Si.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fakultas MIPA

Membangun Generasi Unggul Melalui Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Inovasi yang Berdampak Bagi Masyarakat dan Masa Depan

Kategori Post

Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Garut

Jam Kerja

Statistik Pengunjung

Lokasi Kampus 3 UNIGA

© 2024 Created with FMIPA UNIGA